Sebuah
desa di selatan India, Lank, melarang perempuan yang belum menikah
menggunakan telepon genggam atau HP. Alasannya, dikhawatirkan mereka
merencanakan perkawinan terlarang yang bisa-bisa berujung pada hukuman
mati.
Di beberapa wilayah di utara India, pernikahan antara anggota klan yang
sama dilarang. Pernikahan biasanya diatur oleh orang tua alias
dijodohkan.
Bahkan, di beberapa desa yang masih konservatif, keluarga biasa
menerapkan hukuman ekstrim, termasuk 'pembunuhan atas nama kehormatan',
bagi mereka yang melanggar tabu. Dalam beberapa kasus, dewan desa bahkan
memerintahkan hukuman itu, meski prakteknya seringkali dihalangi oleh
aparat kepolisian.
Makin berkembangnya teknologi juga membuat para tetua Desa Lank
ketakutan. Khawatir telepon genggam menyatukan dua sejoli dalam hubungan
terlarang.
Namun, larangan ini tidak berlaku bagi para pemuda lajang. Mereka boleh memakai HP selama berada dalam pengawasan orang tua.
Keputusan ini sontak ditentang para aktivis perempuan. Kata mereka ini tak adil dan ketinggalan jaman.
Apa yang sebenarnya terjadi di sana?
Pejabat kepolisian Lucknow, Jenderal Brij Lal punya penjelasan.
Diceritakannya, bulan lalu, ada 34 pasangan kawin lari di Distrik
Muzaffarnagar, Uttar Pradesh, di mana Desa Lank termasuk di dalamnya. Di
antara mereka, delapan di antaranya dibunuh. Hanya dalam waktu sebulan.
"Tiga gadis dipenggal oleh anggota laki-laki dari keluarga mereka
sendiri. Gara-garanya mereka kawin lari dengan anak laki-laki dari klan
yang sama," kata Brij Lal seperti dimuat situs Washington Times.
Ini biasa terjadi. Meski keputusan dewan tetua adat desa yang disebut panchayat tidak mengikat secara hukum di India, tetapi itu dilihat sebagai kehendak masyarakat lokal.
Mereka yang berani menentang, risikonya dikucilkan. Di Uttar Pradesh, panchayat yang
punya pengaruh sangat kuat telah menyatakan bahwa anak laki-laki dan
perempuan dari marga yang sama pada dasarnya adalah saudara kandung.
Larangan penggunaan ponsel bagi perempuan lajang adalah bagian upaya
lebih luas untuk menghalangi pernikahan intraklan di kalangan 3 juta
penduduk Pradesh.
Menurut anggota dewan adat, Satish Tyagi, keputusan panchayat yang
mengikat 50.000 warga Desa Lank sedang dipertimbangkan untuk diterapkan
di desa-desa lainnya. "Sebab, ponsel terbukti membantu pasangan muda
kawin lari," kata dia.
0 komentar
Silahkan Beri Komentar Saudara...